Analisis Persaingan Lima Kekuatan Persaingan Menurut M Porter pada PT TIKI/JNE

Machael Porter mengembangkan model yang berdasar pada 5 kekuatan persaingan di dalam sebuah industri, yaitu:
1.ancaman produk pengganti,
2.ancaman pesaing,
3.ancaman pendatang baru,
4.daya tawar pemasok,
5.daya tawar konsumen.

Lima kekuatan persaingan dalam model ini menentukan potensi esensi pendapatan dari industri tersebut atau segmen turunan dari sebuah industri. Pendekatan yang dikembangkan oleh Porter, yang kemudian dinamai kerangka kerja lima kekuatan, dapat digunakan dalam membantu sebuah perusahaan untuk mencari sebuah posisi di dalam sebuah industri dimana perusahaan dapat bertahan terhadap kekuatan persaingan atau mempengaruhi kekuatan persaingan yang ada.
Kerangka kerja lima kekuatan memberikan cara berpikir yang sistematis mengenai bagaimana kekuatan-kekuatan kompetitif bekerja pada suatu industri dan bagaimana kekuatan tersebut menentukan tingkat pendapatan dari industri yang berbeda dan segmen-segmen industri.

Berikut adalah analisis teori M Porter pada PT TIKI/JNE:
1.Ancaman produk pengganti
Dalam hal ini persaingan ancaman produk pengganti adalah layanan pengiriman uang. TIKI/JNE dipercaya oleh Western Union (WU) untuk menjadi mitra kerja. Western Union adalah perusahaan jasa pengiriman uang secara cepat (real time on line) yang dilakukan lintas negara atau dalam satu negara hanya dalam hitungan detik. Layanan WU di JNE telah dikenal dengan kecepatan, kemudahan, dan keamanannya. Selain itu layanan WU JNE bebas biaya adminstrasi & materai, terpercaya. Strategi yang dilakukan PT TIKI/JNE dalam pengembangan produknya adalah dengan mempertahankan kualitas produk dan memperluas jaringan hingga ke pelosok seta memaksimalisasikan jam operasional.

2.Ancaman pesaing
Persaingan yang semakin ketat dalam perusahaan penyedia ekspedisi/kurir baik dalam negeri/luar negeri merupakan tantangan bagi PT TIKI/JNE untuk menunjukan kinerjanya. Dalam menghadapi persaingan bisnis tersebut PT TIKI/JNE memperluas jaringan dan memaksimalkan lokasi-lokasi yang berpotensi bagi TIKI/JNE.

3.Ancaman pendatang baru
Ancaman pendatang baru dalam bisnis kurir adalah perusahaan kurir seperti DHL, ASPERINDO, Pos Indonesia, Fedex, Cahaya Nusantara Express, Cito Express, dan lain-lain. Dalam menghadapi ancaman pendatang baru, cara yang harus dilakukan PT TIKI/JNE adalah memberikan keamanan dan kenyamanan dalam pengiriman, memberikan harga yang terjangkau, serta tepat waktu dalam pengiriman.

4.Daya tawar pemasok
Dalam upaya mempercepat pengembangan dan pembangunan diburuhkan investasi. Dalam hal ini, PT TIKI/JNE menggunakan dana internal maupun eksternal yaitu melaui pinjaman bank dan melaui kemitraan dengan perusahaan asing. Menghadapi daya tawar pemasok TIKI/JNE yaitu dengan dibukanya lagi kerjasama guna meningkatkan kerjasama perusahaan serta membina hubungan yang baik dengan para pemasok.

5.Daya tawar konsumen
Daya tawar konsumen pada TIKI/JNE adalah masyarakat umum. Untuk lebih mendekatkan diri dengan pelanggan, TIKI JNE juga telah mengeluarkan JNE Card sehingga bagi pelanggan yang memiliki kartu JNE tersebut, akan memperoleh potongan dengan poin yang mereka kumpulkan. Dengan menghadapi daya tawar konsumen dan mempertahankan konsumen TIKI/JNE lebih meningkatkan fasilitas dan pelayanan sehingga kepercayaan pelanggan semakin tinggi.


Sumber: www.tikijne.co.id
www.wikipedia.com

Analisis SWOT pada PT TIKI/JNE

A. PENDAHULUAN

Perkembangan perusahaan penyedia ekspedisi/kurir di Indonesia sudah semakin banyak dan persaingan antar perusahaan tersebut semakin ketat. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE adalah salah satu perusahaan penyedia ekspedisi/kurir besar di Indonesia. Melayani pengiriman paket ke dalam dan/atau kuar negeri. Dalam membentuk suatu usaha diperlukan manajemen strategic yang baik salah satunya yaitu dengan menerapkan analisis SWOT.

B. PEMBAHASAN

Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa anaisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang cespleng bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :
  1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.
  2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
  3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
  4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan
Berikut adalah hasil analisis SWOT pada PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE
a. Aspek kekuatan pada PT TIKI
  1. hemat,
  2. Aman,
  3. Pasti,
  4. Cepat,
  5. Mudah,
  6. Lacak,
  7. Sumber Daya Manusia,
  8. Penjemputan,
  9. Kemudahan Pembayaran.
b. Aspek kelemahan pada PT TIKI

Kelemahan pada PT TIKI yaitu dibidang pelayanan terhadap customer yang dinilai kurang ramah sehingga membuat customer merasa segan dan cenderung dapat mengurangi konsumen.

c. Aspek kesempatan pada PT TIKI
  • Dengan kekuatan yang dimiliki TIKI memberikan kepercayaan pada customer dengan tetap memakai jasa TIKI
  • Kemajuan teknologi memperluas jaringan pelayanan pada TIKI
d. Aspek ancaman pada PT TIKI

Ancaman bagi PT TIKI yaitu banyaknya perusahaan penyedia ekspedisi/kurir yang jg menyediakan jasa pengiriman barang/paket baik di dalam maupun luar negeri seperti DHL,ASPERINDO,dan jasa kurir lainnya.


Sumber: http://blog.unila.ac.id

Kelebihan & kekurangan TIKI atau JNE

Tentunya TIKI memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan kurir lainnya. Keunggulan itu antara lain adalah:
1.Hemat, karena tarif yang sangat kompetitif dan fleksible.
2.Aman, karena reputasinya yang telah dikenal selama 30 tahun.
3.Pasti, karena memberikan pelayanan yang bergaransi.
4.Cepat, karena memiliki pelayanan yang bervariasi, pengiriman ONS atau REGULER.
5.Mudah, karena TIKI memiliki lebih dari 250 cabang di kota-kota besar seluruh Indonesia.
6.Lacak, pengiriman anda dapat dilacak.
7.Sumber Daya Manusia. Dengan adanya pengembangan SDM di TIKI, maka kami dapat lebih baik melayani anda.
8.Penjemputan, sangat praktis dan ekonomis. Anda cukup angkat telepon, semua barang yang akan Anda kirim akan kami jemput tanpa biaya tambahan.
9.Kemudahan Pembayaran.

Kekurangan:
1. Dibidang pelayanan terhadap customer yang dinilai kurang ramah sehingga membuat customer merasa segan dan cenderung dapat mengurangi konsumen.

Rumah Tahan Gempa - Tiang yang Kuat Salah Satu Faktor Utama

Written by Ester Pandiangan

Beberapa tahun terakhir ini gempa melanda tanah air. Jika tahun-tahun sebelumnya Nias dan kawasan Aceh tahun sekarang giliran Padang yang yang terkena guncangan. Ratusan korban berjatuhan demikian pula dengan bangunan-bangunan yang hancur lebur. Menyikapi musibah gempa yang kerap terjadi, mungkinkah rumah tahan gempa menjadi solusinya?

Prof Dr Ing Johannes Tarigan, Ketua Departemen Teknik Sipil USU saat ditemui Global mengatakan, bangunan yang roboh dikarenakan bangunan tersebut tidak kuat menahan gaya horizontal yang ditimbulkan oleh gempa. Mungkin saja sebuah bangunan dapat kuat menahan gaya gravitasi tetapi tidak mampu menahan gaya horizontal.

Penyebabnya adalah karena tiang bangunan tidak didesain dengan baik. Atau untuk lantai bertingkat tidak memiliki tiang sehingga satu sama lain melekat seperti sandwich atau juga ukuran tiang tidak memadai memikul lantai satu dengan yang lainnya. Seperti yang terjadi pada Hotel Ambacan yang roboh karena gempa di Padang.

Kekokohan suatu bangunan bisa dinilai dari desain tiang bangunan. Misalnya saja rumah satu lantai di mana tiang yang seharusnya berdiameter 12 hanya 8 saja. Mungkin kalau tidak terjadi guncangan tidak akan jadi masalah. Namun bila terjadi gempa bangunan seperti ini takutnya tidak akan tahan terhadap guncangan.“Bangun tiang yang kuat akan meminimalisir terjadinya kerusakan dan bahaya terhadap manusia,” terang Johannes.

Lebih jauh Johanne mengungkapkan, penggunaan material ringan bisa menjadi alternatif. Misalnya konsep back to nature yakni dengan menggunakan kayu atau bahkan bambu. Bila memang ada ketersediaan Johannes menilai penggunaan material kayu tidak masalah. Namun untuk bangunan tinggi tentunya mustahil untuk dilakukan.

Sebenarnya pemilihan material ringan seperti kayu dikatakan tahan terhadap gempa ini dinilai dari hukum fisika dimana gaya sama dengan massa dikali percepatan. Sehingga bila makin besar berat jenisnya maka makin besar pula gaya yang dihasilkan. Sehingga kayu lebih bisa menahan gempa ketimbang beton.

“Namun pada dasarnya menggunakan material beton atau kombinasi dengan baja aman-aman saja. Asal didesain dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan. Tidak dikurangi dengan alasan meringankan biaya.Hanya saja yang seringnya menjadi 'memberatkan' karena biayanya lebih mahal 20% hingga 30 % karena ada tambahan besi pada tiang-tiangnya,” papar Johannes.

Johannes menilai masyarakat Indonesia kurang memiliki kesadaran akan pentingnya faktor keselamatan.Asalkan murah dan tidak memerhitungkan pertimbangan ke depan. Pun sebaiknya pascagempa di Nias maupun Aceh, masyarakat ataupun pemerintah setempat dan pemilik bangunan-bangunan tinggi memeriksakan bangunannnya. Guna mengantisipasi gempa yang mungkin akan terjadi selanjutnya.

Seperti yang dilakukan Hotel Asean dan Bank Sumut pascagempa di Nias tahun yang silam. “Bila rumah sudah retak-retak akibat gempa sebaiknya penghuni segera memeriksa kepada konsultan arsitek,” imbau Johannes.

Ia juga memberi saran kepada masyarakat awam untuk berhati-hati ketika akan membangun rumah. Rumah satu lantai harus punya tiang yang baik ukuran 20 x 20, diameter besi jangan terlampau kecil standardnya 12 kalau bisa juga yang ulir atau bergerigi. Harus ada sloofnya, ring baloknya dengan perbandingan campurannya 1;2;3. “Untuk rumah tipe tipe 36, 56, 70 cukup menerapkan seperti ini,” pungkasnya.

Sumber: Harian Global